Indahnya setiap langkah dalam berbagi


Minggu, 18 Maret 2012

KISAH MISTERI


Memasak Ayam Yang Tetap Mentah 

Agus memang sedikit urakan, hanya sekedar ingin menguji ilmu si Odah yang konon bisa ngeleak, Agus meminta si Odah secara langsung  untuk meletakkannya di panci yang dipinjamnya. Ayam yang direbus lebih dari tiga jam masih dingin dan mentah, merekapun mulai dirasuki rasa ketakutan, karena semua tidak masuk logika.
 
Suatu sore yang cerah, Agus Komang dan Ambara  sedang berkumpul sambil bergurau. Tidak ada cerita yang pasti, terkadang mereka kembali menceritakan pengalaman mereka dahulu, terkadang terdengar mereka tertawa dan saling mengejek antara satu dengan yang lainnya. Mereka memang akrab, mereka adalah teman sepermainan dari kecil.
Ambara kemudian mempunyai usul, bagaimana kalau mereka memotong ayam sambil melanjutkan cerita, tentu saja ide memotong ayam ini disambut baik oleh teman yang lainnya.
Merekapun membagi tugas, Ambara mencari ayam di rumahnya, Agus mengambil bumbu dan Komang mencari tempat atau kuali untuk memasak dan kalau sudah memperoleh yang diinginkan, mereka sepakat untuk berkumpul di rumah Komang.
Hari mulai menjelang malam, ketiga anak muda ini terlihat sibuk dengan aktivitas untuk memasak ayam, kebetulan di rumah Komang lagi kosong. Orang tua dan adik Komang pulang kampung karena ada odalan dan Komang mendapatkan tugas untuk menjaga rumah, karena itulah
Komang mengundang teman-temannya untuk berjaga bersama. “Mang, dimana kita mendapatkan panci untuk memasak ayam ini? Tanya Agus yang sudah selesai membuat bumbu. Komang tampak sibuk mencari panci besar di dapurnya, ternyata di dapur tidak ada, lalu Ambara menyahut “Bagaimana kalau kamu pinjam dengan Odah di sebelah?” Komangpun menyanggupinya, namun Agus berinisiatip untuk membantu “Biarlah aku yang meminjam, aku dengar Odah di sebelah bisa ngeleak, Biar sekalian aku undang dia “ Ujar Agus sambil bercanda. Kedua teman itu tidak menanggapinya dengan serius, merekapun tahu kalau Odah yang sudah agak berumur itu berdasarkan isu dimasyarakat memang bisa ngeleak, terkadang ada yang melihat dia ngelekas atau berubah wujud, namun Komang yang tinggal bersebelahan tidak pernah menyaksikan perubahan itu, konon juga ada beberapa anggota masyarakat yang meninggal karena dimakan si Odah.
Tidak beberapa lama Agus sudah kembali sambil membawa panci yang cukup besar. Ambara iseng bertanya “Apakah ada kesulitan meminjam panci sama si Odah?” “Tidak masalah, malah aku menyuruh Odah untuk mengisi ilmu leak sebagai bonus” Ujar Agus enteng. Merekapun tertawa bersama, membayangkan bagaimana ilmu leak bisa ditaruh di panci. Bagi ketiga anak muda ini Odah yang sudah tua itu tentu tidak banyak artinya, kalau dia macam-macam, sekali pukul tentu si nenek sudah tidak berdaya. Merekapun kembali melanjutkan membersihkan ayam dan menumbuk bumbu, sambil tetap gembira.
Ketika ayam sudah siap dimasak, ayam itupun ditaruh di panci dan dimasak di atas kompor gas. Ketiga anak muda ini masih melanjutkan cerita mereka, sembari menunggu ayam yang dimasak. Setelah ditunggu beberapa lama, Ambara menyuruh Komang untuk memeriksa ayamnya “Belum masak” Sahut Komang, lalu merekapun kembali bercerita dan mendengarkan musik. Semuanya berjalan seperti biasanya, sambil berlalunya waktu Ambara menyuruh Agus untuk memerika ayam di atas kompor “Belum masak” Ujar Agus. “Belum Masak?” Tanya Ambara untuk meyakinkan sambil bangkit dari duduknya. Ambara mulai curiga, “Kita sudah memasak ayam ini selama hampir tiga jam, kok bisa belum masak?” Ambara mengingatkan ke dua temannya. Merekapun bersama-sama beranjak menuju kompor, kompor ternyata masih menyala, ketika panci di buka air terlihat mendidih. Mereka mulai berpikir “Mungkin kita tunggu lagi 15 menit sudah masak” Hibur Ambara dan merekapun kembali ketempat duduk semula, sambil menghitung waktu,  mereka mulai merasakan penasaran dengan masakan mereka.
Waktu yang ditentukan sudah tiba, Ambara berdiri menuju dapur, diikuti oleh kedua temannya. Ambara membuka panci, terlihat air yang mendidih, namun ketika ayam yang dikeluarkan dari panci tidaklah seperti ayam yang sudah matang atau berasap karena panas, namun ayam itu ternyata masih mentah dan ketika dipegang ayam itu dingin. Ketiga anak muda itu kaget dan terdiam sejenak “Kok ayam ini masih mentah?” Tanya Ambara keheranan. Ke dua temannyapun tidak ada yang menjawab. Mereka menoleh kembali ke panci, terlihat air masih panas, karena mengeluarkan uap. Merekapun terlihat mulai berpikir dengan kejadian itu.
Ambarapun mulai curiga dengan kejadian yang sangat tidak normal ini, dia menanyakan Agus “Kamu tadi memangnya bilang apa sama si Odah?” Tanya Ambara menyelidik. Aguspun tampak lebih serius “Saya tadinya mau bercanda sambil ngetes si Odah, Saya bilang Dah tolong kasih sedikit ilmu leak yang agak paten” Jawab Agus polos. “Lalu bagaimana si Odah menanggapinya?” Tanya Komang. “Si Odah tampak tersenyum santai sambil memberiku panci itu” Sahut Agus. Ambarapun menimpalinya “Ini pasti kerjaan si Odah, ternyata dia memang memiliki ilmu leak yang tidak bisa dibilang rendah” Ujar Ambara. Ketiga anak muda itu mulai khawatir, kalau si Odah akan menyerang dengan cara yang halus. Merekapun sepakat untuk mematikan kompor dan mengunci pintu, lalu keluar.
Mereka pergi ke pasar malam di dekat rumah, karena pasar malam adalah tempat yang ramai. Merekapun masih tetap membicarakan masalah aneh yang mereka alami “Komang, tolong kamu kembalikan panci si Odah besok siang saja” Ujar Ambara. “Apakah si Odah tidak akan menyerang kita?” Tanya Agus penuh ragu. “Maksudmu menyerang atau menyakiti?” Tanya Komang meyakinkan. Tidak ada satupun jawaban, karena mereka semua tidak tahu. “Malam ini sebaiknya kita begadang sepanjang malam, jika si Odah mau menyerang, menurut kata orang pintar tidak akan bisa kena, karena kita masih terjaga” Usul Ambara. Merekapun menyepakatinya. “Memangnya ilmu apasih yang dipakai si Odah itu, ayam dimasak kok masih tetap mentah? Tanya si Agus yang masih belum percaya. “Sudahlah Gus, semua ini gara-gara kamu, katanya mau nge tes, khan sudah dibuktiin” Ujar Ambara sambil menghentikan pembicaraan tentang ayam yang masih mentah tadi. (Taksu/Wahyu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar